Versi materi oleh arwan S
Kepercayaan pada masa perundagian merupakan kelanjutan kepercayaan pada masa bercocok tanam. Pada masa perundagian, terdapat kepercayaan bahwa arwah nenek moyang mempunyai pengaruh besar terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya. Karena itu, arwah nenek moyang harus selalu diperhatikan dan dipuaskan melalui upaara-upacara. Benda upacara terbuat dari perunggu.
Upacara-upacara dilakukan sesuai dengan tempat tinggalnya dan intinya sama, yaitu penghormatan atau pemujaan pada leluhur. Orang memuja ruh nenek moyang untuk meminta perlindungan. Upacara-upacara tersebut sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat. Banyaknya peninggalan bangunan untuk pemujaan masa perundagian menunjukkan bahwa kedudukan kepercayaan masa itu sangat penting.
Pada masa perundagian, manusia purba untuk dapat berhadapan langsung dengan ruh nenek moyang dibuatkan patung-patung nenek moyang. Pada patung-patung itulah ruh nenek moyang diam. Cara lain untuk berhadapan dengan ruh nenek moyang ialah dengan jalan memanggilnya. Orang yang dapat memanggil ruh adalah pada dukun (saman). Praktek itu disebut samanisme. Ruh nenek moyang disebut juga hyang (eyang). Hyang-hyang itu bersemayam di tempat-tempat tinggi yang bergunung-gunung.
0 komentar:
Post a Comment