Tujuan Imperialisme Serta Eksploitasi Jepang Terhadap Indonesia - Adalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II dilandasi
oleh ambisi membangun suatu wilayah kekuasaan di Asia. Bangsa Jepang meyakini
bahwa dunia ini adalah satu keluarga dan mereka adalah bangsa yang terbaik
sehingga harus dipersatukan di bawah kekuasannya. Konsep seperti ini dikenal
dengan istilah Hako I Chiu. Untuk mencapai tujuan tersebut, Jepang terlebih
dahulu harus menghancurkan kekuatan yang telah ada di wilayah Asia, termasuk
Belanda yang berkuasa di Indonesia.
Usaha untuk mewujudkan tujuannya, Jepang melancarkan
serangan ke pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii
pada tanggal 7 Desember 1941. Peristiwa tersebut kemudian menyulut Amerika
Serikat untuk menyatakan perang terhadap Jepang pada tanggal 8 Desember 1941.
Untuk membendung kekuatan Jepang, Amerika membentuk pasukan gabungan bernama
ABDACOM (American, British,
Dutch, Australians Commands).
Setelah penyerahan kekuasaan di Kalijati, Jepang
kemudian membagi wilayah Indonesia ke dalam tiga wilayah pendudukan militer,
yang meliputi:
(1) Wilayah I, terdiri atas Jawa dan Madura yang
diperintah oleh Tentara Keenambelas Rikugun (Angkatan
Darat) yang berpusat di Jakarta;
(2) Wilayah II, terdiri atas Sumatera yang
diperintah oleh Tentara Keduapuluh Lima Rikugun yang berpusat di Bukittinggi;
(3) Wilayah III, terdiri atas Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara yang diperintah oleh Armada Selatan Kedua Kaigun (Angkatan Laut), berpusat di Makassar.
Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang membentuk
perhimpunan Gerakan Tiga A yang didirikan pada 29 Agustus 1942. Propaganda
Gerakan Tiga A ini dipimpin oleh Mr. Syamsudin dengan semboyan Nippon Cahaya
Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin
Asia.
Pada awalnya propaganda Jepang banyak mempengaruhi
pola pikir bangsa Indonesia yang masih menaruh dendam terhadap Belanda sehingga
kedatangan Jepang disambut dengan baik.
Karena janji-janji Jepang yang manis, pada awalnya
bangsa Indonesia menyambut gembira atas kedatangan bala tentara Jepang. Sebab
mereka akan segera membebaskan bangsa Indonesia, dari penjajahan Belanda. Sikap
manis dan ramah itu tenyata hanya sekejap saja.
Setelah itu sikap dan tindakan Jepang mulai keras,
kejam, dan semena-mena serta menguras habis sumber daya alam dan tenaga rakyat
Indonesia untuk mendukung kepentingan perangnya di kawasan Asia Pasifik.
Akibatnya rakyat mengalami penderitaan yang lebih berat, daripada zaman penjajahan
Belanda.
Berikut ini usaha-usaha Jepang dalam mencapai Kemakmuran
Bersama Asia Raya, khususnya menyuplai kebutuhan industrialisasi Jepang.
1. Eksploitasi Alam
Pemerasan sumber alam yang dilakukan oleh Jepang
terhadap Indonesia bisa dipakai untuk mencapai cita-cita dan ambisi politiknya.
Cara-cara tersebut antara lain:
(a) Pemerintahan Jepang mengeluarkan peraturan untuk
melakukan pengawasan terhadap penggunaan dan peredaran sisa persediaan barang
diperketat.
(b) Semua harta benda dan perusahaan perkebunan
milik orang Belanda disita dan beberapa perusahaan vital seperti pertambangan,
listrik, telekomunikasi dan perusahaan transport langsung dikuasai pemerintah.
(c) Jepang memonopoli penjualan hasil perkebunan
teh, kopi, karet, dan kina.
(d) Jepang melancarkan kampanye penyerahan
barang-barang dan menambah bahan pangan secara besar-besaran. Kampanye ini
menjadi tugas Jawa Hokokai dan instansiinstansi lain.
(e) Jenis perkebunan yang tidak berguna dibatasi,
dimusnahkan, dan diganti dengan tanaman bahan makanan seperti teh, kopi,
tembakau yang diganti oleh tebu untuk pembuatan gula.
(f) Adanya peraturan pembatasan dan penguasaan alat
produksi oleh pemerintah.
(g) Bekas perkebunan tembakau, kopi dan teh dipakai
untuk ditanami bahan makanan.
(h) Rakyat hanya diperbolehkan mempunyai 40% dari
hasil pertaniannya, sedangkan 60% lainnya harus disetorkan kepada pemerintah
Jepang dan lumbung desa.
(i) Rakyat dibebani dengan pekerjaan tambahan yang
besifat wajib seperti menanam pohon jarak yang bisa digunakan untuk pelumas
pesawat terbang dan senjata.
2. Eksploitasi Manusia (Romusha)
Pembentukan romusha ini
dilatarbelakangi oleh besarnya kebutuhan Jepang akan tenaga kerja untuk
membangun pertahanannya, seperti gua, gudang bawah tanah, lapangan udara darurat.
Tenaga romusha ini diperoleh dari desa di pulau Jawa yang padat
penduduk.
Pada awalnya pengerahan tenaga kerja ini bersifat
sukarela, namun dalam pelaksanaannya, pengerahan tenaga kerja ini dilaksanakan
secara paksa. Kehidupan para romusha sangat sulit, mereka kelaparan, kesehatan
mereka tidak dijamin, sehingga banyak romusha yang
meninggal.
Hal-hal di ataslah yang kemudian membuat rakyat
takut dijadikan romusha. Namun, untuk menghilangkan rasa takut tersebut,
tahun 1943 Jepang menggelar propaganda baru yaitu dikatakan sebagai prajurit
ekonomi atau pahlawan pekerja. Propaganda baru Jepang ini menarik kembali
rakyat untuk menjadi Romusha. Akan tetapi kenyataannya tetap saja seperti keadaan
yang sebelumnya. Para romusha ini mendapatkan siksaan yang pedih.
Mereka bukan saja dikirim ke luar Jawa, tetapi juga
ke luar negeri seperti Burma, Thailand, Filipina, Malaya, dan Serawah. Masalah
lain yang ada adalah menyangkut kehidupan rakyat yaitu masalah sandang pada
masa sebelum pecahnya perang. Masalah ini tergantung pada impor Belanda. Dan
pada masa Jepang, sandang untuk masyarakat sangat kurang.
Untuk itu Jepang memerintahkan menanam kapas di
berbagai daerah di Jawa, Sumatera, Bali, Lombok dan Sulawesi Selatan. Usaha
pemintalan rakyat secara massal didirikan dan rakyat dilatih untuk memintal. Percobaan
untuk mencari ganti dengan kapas diintensifkan. Masalah sandang yang parah pada
waktu itu memaksa rakyat desa untuk memakai pakaian dari karung goni atau
bagor.
Selain romusha,
bentuk penindasan dan penghisapan sumber daya manusia Indonesia oleh Jepang
adalah perekrutan pemudapemuda ke dalam organisasi militer dan semi-militer
buatan Jepang. Berbagai macam organisasi kemiliteran dibentuk agat tersedianya
tenaga-tenaga muda untuk membantu pasukan Jepang dalam Perang Pasifik.
Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
0 komentar:
Post a Comment