Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
Pada zaman pertengahan Inggris masih merupakan
sebuah wilayah yang terbelakang. Saat itu Inggris hanya mempunyai satu kota
penting: London. Selebihnya wilayah Inggris hanya wilayah pedesaan yang
sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Walaupun demikian sumber
utama pendapatan Inggris dari kerajinan bulu domba sebagai bahan wol merupakan
bulu domba yang menjadi bahan mentah utama bagi pusat-pusat industri kain wol
di Italia Utara dan Vlaanderen.
Pada saat itu kebutuhan masyarakat Inggris belum
begitu banyak sehingga kebutuhan akan sandang, pangan dan papan dapat dipenuhi
oleh masingmasing keluarga. Pada saat itu perdagangan belum berkembang. Kegiatan
tukar menukar barang masih dalam skala kecil dengan jangkauan wilayah yang
relatif terbatas.
Hal tersebut disebabkan karena satu keluarga hanya
menghasilkan barang untuk kebutuhan keluarganya sendiri. Produksi mereka tidak dimaksudkan
untuk dijual kepada orang lain, hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Perilaku seperti ini merupakan salah satu ciri dari masyarakat
tradisional.
1. Kondisi Masyarakat Inggris Sebelum
Revolusi Industri
Pada abad ke-16 dan ke-17 kondisi negara-negara
Eropa selain Inggris selalu dalam keadaan peperangan dan perselisihan.
Akibatnya banyak usahawan dan para tukang dari pusat industri berdatangan ke Negara
yang aman dan tidak terlalu bergejolak. Salah satu dari negara yang tidak
terlalu bergejolak tersebut adalah Inggris. Sebagian besar usahawan tersebut
menetap di Inggris. Sementara kedatangan para pengusaha dan tukang tersebut
telah mendatangkan keuntungan bagi perekonomian Inggris. Hal tersebut ditandai
dengan maraknya industri rumahan (home industry).
Benda-benda yang dibuat oleh industri rumahan
tersebut adalah senjata, perhiasan, perabot rumah tangga dan alat kerja.
Meskipun demikian mereka belum menghasilkan barang dalam skala besar. Mereka
hanya membuat barang apabila ada pesanan. Melalui usaha yang masih terbatas tersebut
masyarakat Inggris tumbuh menjadi kelompok masyarakat yang bermodal. Golongan
masyarakat pemilik modal ini yang nantinya disebut sebagai kaum kapitalis.
Para pemilik modal ini mendirikan tempat kerja baru
dengan mekanisme kerja yang baru pula. Para pemilik modal membuat gedung yang
luas dan dilengkapi alat kerja. Proses pengoperasian alat kerja tersebut masih
dikerjakan oleh manusia (manufaktur). Pada manufaktur ini masih banyak tenaga
yang dipekerjakan dengan upah yang rendah. Hal tersebut disebabkan karena pekerjaan
mereka tidak memerlukan latihan dan keahlian yang tinggi.
Pekerjaan pada manufaktur masih bisa dilakukan menggunakan
tangan dan sama sekali tidak menggunakan alat. Berdirinya manufaktur tersebut
telah menggeser industry rumahan yang sebelumnya cukup banyak di Inggris.
Akibatnya para pemilik industri rumahan mulai mengalihkan usahanya ke manufaktur.
Berkembangnya industri manufaktur ini sangat menguntungkan
perekonomian Inggris dan sekaligus membuka peluang terjadinya Revolusi
Industri. Kebutuhan akan alat-alat pada manufaktur tersebut telah mendorong
masyarakat Inggris untuk mencari solusi. Maka ditemukanlah banyak alat yang
dapat mempermudah pekerjaan pada menufaktur-manufaktur yang telah berdiri.
2. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi
Revolusi Industri
Revolusi bisa diartikan sebagai perubahan secara
cepat atau perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang atau di suatu tempat.
Sementara Industri artinya proses membuat ataumenghasilkan suatu barang.
Perubahan yang terjadi di Inggris pada abad ke-18 merupakan perubahan dalam
memproduksi barang-barang dari penggunaan tenaga manusia kepada mesinmesin. Jadi
Revolusi Industri adalah perubahan cara membuat atau menghasilkan barang yang
semula menggunakan tenaga manusia beralih ke tenaga mesin.
Penemuan James Watt merupakan
awal mula munculnya Revolusi industri di Inggris terjadi pada tahun 1763. Watt
adalah seorang insinyur yang berasal dari Skotlandia. Dalam perjalanan dan
perkembangan sejarah manusia, penemuannya ini kemudian dianggap sebagai
penemuan pertama yang berhasil membuat alat kerja dengan tenaga mesin.
Sebenarnya James Watt hanya memodifikasi mesin uap
buatan Thomas Newcomen yang dianggap memboroskan bahan bakar dan bertenaga
kecil. James Watt kemudian menemukan kondensator (alat
untuk memadatkan uap) sehingga mesin uap Thomas Newcomen menjadi hemat. James
Watt terus memperbaiki mesin uapnya sehingga mesin uap Thomas Newcomen mulai
dilupakan orang dan mesin uap James Watt semakin dikenal orang. Dalam
perkembangan sejarah berikutnya, mesin uap James Watt nantinya dipakai dalam kegiatan
industri.
Dalam perkembangan selanjutnya. Watt menjadi
motivator untuk para ahli lainnya menemukan alat-alat untuk membantu manusia
dalam menyediakan kebutuhan hidup yang tidak hanya sekedar mengendalkan
tangan-tangan manusia. Penemuan pada periode ini kemudian telah mengantarkanm
kepada sejarah baru umat manusia. Kemunculan Revolusi Industri dilatarbelakangi
oleh berbagai hal, di antaranya:
a. Dalam Bidang
Politik
Pada abad ke-17 di Inggris terjadi peperangan yang
dahsyat antara bangsawan kuno dengan bangsawan baru yang dikenal dengan Pera4ng Mawar. Dalam peperangan tersebut bangsawan baru muncul
sebagai pemenang. Mereka berhasil menguasai kursi pemerintahan dan selanjutnya
mengendalikan negara Inggris.
Berbeda dengan bangsawan kuno yang terkesan mewah
dan boros, kaum bangsawan baru lebih menampilkan diri sebagai kelompok masyarakat
yang berpikiran maju. Bangsawan baru ini terdiri dari para bangsawan rendah,
petani kaya, pedagang sukses dan para tuan tanah pemilik modal. Dalam
menjalankan pemerintahan golongan ini lebih mengutamakan perekonomian daripada kepentingan
politik belaka.
Kemenangan bangsawan baru telah memberikan angin
segar untuk kemajuan Inggris karena focus perhatian mereka tertuju kepada
perekonomian, tidak lagi politik yang menjadi pusat perhatian bangsawan kuno.
Perdebatan politik yang terus-menerus kadang menghalangi kemajuan yang dicapai.
b. Dalam Bidang
Sosial-Ekonomi
Pada abad 18 pemerintah Inggris mengeluarkan
kebijakan menyangkut pengaturan status tanah. Pengaturan kembali tanah pertanian
di Inggris dikenal sebagai Revolusi Agraria. Revolusi diawali dengan cara
menukar tanah yang terpencar-pencar milik para bangsawan dengan tanah petani di
sekitarnya.
Melalui cara ini tanah bangsawan menjadi luas,
sebaliknya para petani mendapatkan tanah yang letaknya jauh dan kurang
produktif. Tidak jarang di antara para petani terpaksa meninggalkan tanahnya
atau terusir tanpa mendapatkan tanah hasil tukarannya. Selanjutnya para bangsawan
tersebut menjadikan tanahnya sebagai lahan peternakan domba atau industri.
Banyaknya tanah pertanian yang berubah menjadi
daerah peternakan dan industri berkaitan dengan banyaknya permintaan kain wol
dan katun dari pasaran Eropa. Hal ini benar-benar telah mengokohkan para
bangsawan atau para pemilik modal untuk menggeluti bidang industri dan
peternakan. Apalagi para pengusaha di Inggris semakin diuntungkan dengan tenaga
kerja yang murah.
Tenaga kerja murah di Inggris terdiri dari para
petani yang telah kehilangan tanah dan mata pencahariannya, termasuk juga kaum
urban yang menyerbu kota-kota di Inggris karena perkembangannya sebagai wilayah
industri cukup menggiurkan. Manufaktur yang berdiri di Inggris banyak
menghasilkan barang-barang yang terbuat dari logam seperti cangkul, pisau, wajan,
dan lainnya.
Peralatan dari besi tersebut dibuat setelah dileburkan
ke dalam panas 1000 derajat celcius dengan bahan bakar kayu. Dengan berjalanya
kondisi alam yang semakin membahayakan, pemerintah Inggris kemudian melarang penggunaan
kayu sebagai bahan bakar karena dapat membahayakan ekosistem hutan. Sebagai
gantinya digunakan batubara yang di Inggris berlimpah.
Melalui ilmu pengetahuan yang sudah cukup maju batu
bara tersebut diubah menjadi cokes, yaitu proses yang agak mirip dengan
membuat arang menjadi kayu. Cokes telah membuka kemungkinan untuk
mengembangkan industri besi menjadi cikal bakal perkembangan industri di
Inggris.
Pada abad ke-18 pemerintah Inggris mulai menikmati
hasil dari kemakmuran negerinya. Marak dan berkembangnya Industri manufaktur di
Inggris ternyata diikuti dengan meningkatnya permintaan masyarakat Eropa.
Selain itu permintaan akan barang Inggris semakin luas seiring dengan semakin
luasnya jajahan Inggris, baik di Afrika maupun di Asia. Kemajuan kegiatan industri
yang masih menggunakan tenaga kerja itu telah melahirkan kaum kapital di
beberapa tempat dan kota di Inggris.
c. Dalam Bidang
Iptek dan Budaya
Sejak zaman Renaisans perhatian dan minat masyarakat
Inggris terhasap ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar. Orangorang saling
berlomba mengadakan pembaharuan dalam segala bidang dan mulai meninggalkan
sesuatu yang dianggap kuno. Masyarakat Inggris sangat tertarik dengan
penelitian-penelitian terbaru dalam segala hal, termasuk industri.
Pada abad ke-17 di London sudah berdiri perhimpunan yang
bertujuan memajukan ilmu terutama matematika dan fisika. Hasil penelitian
ilmiah tidak hanya dijadikan rumusan atau teori belaka tetapi juga diterapkan
bagi peningkatan kesejahteraan hidup umat manusia, terutama bagi kemajuan masyarakat
Inggris.
Perangkat teknologi yang berhasil meningkatkan industry
pertekstilan di Inggris adalah alat pintal dan alat tenun. Alat pintal adalah
alat yang dapat memilih benang dari bahan kapas sedangkan alat tenun adalah
alat pembuat kain dengan bahan dasar benang. Orang yang berhasil menciptakan
alat tenun adalah John Kay (1733). Alat tersebut diberi nama Flying Shuttle (pintalan terbang).
Alat ini mampu bekerja lebih cepat dan dapat melebarkan
kain sesuai dengan yang diinginkan pembuatnya. Sedangkan yang menemukan alat
pintal adalah Hargreaves (1762). Alat ini kemudian diberi nama Spinning Jenny. Alat penemuan Hargreaves ini dapat memintal
berpuluh-puluh gulung benang sekaligus.
Pada perkembangan selanjutnya Inggris mampu mengembangkan
ilmu pengetahuannya. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya penemuan alat-alat
baru yang menggunakan tenaga mesin. Atas penemuan-penemuan tersebut, maka pada
abad ke-18 oleh Inggris sering dijuluki sebagai abad penemuan. Berikut ini
beberapa penemuan yang terjadi di Inggris pada abad ke-18.
3. Proses dan Dampak Perkembangan Revolusi
Industri
Revolusi industri telah menimbulkan perubahan besar
dalam tatanan kehidupan masyarakat Inggris. Revolusi Industri memberikan bermacam
dampak positif dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan ilmu pengetahuan.
Secara umum, dampak revolusi industri bagi kehidupan penduduk Inggris antara
lain sebagai berikut.
a. Bidang Sosial
Pengaruh Revolusi dalam bidang Industri bagi Inggris
terlihat dari arus urbanisasi yang semakin besar di kota-kota Industri Masyarakat
di luar Inggris banyak yang tertarik untuk tinggal dan mencari nafkah di
Inggris. Akibatnya pengangguran dan tindak kriminalitas banyak muncul dan
meningkat.
b. Bidang Ekonomi
Pengaruh Revolusi Industri dalam bidang ekonomi
ditandai dengan pembangunan daerah-daerah industri dilakukan secara besar-besaran.
Revolusi industri juga berpengaruh terhadap munculnya kota-kota industri
seperti Manchester, Liverpool, dan Birmingham. Kemunculan kota-kota industri
tersebut merupakan satu keniscayaan ketika industri berkembang.
Perkembangan pesat dalam bidang industri ternyata
tidak hanya bersifat kuantitas melainkan juga berpengaruh terhadap kualitas barang
industri yang meningkat tajam. Revolusi industri telah banar-benar mendorong
warga Inggris untuk memperbaiki segala sesuatu berhubungan dengan hasil
pekerjaan mereka.
c. Bidang Politik
Pembangunan kawasan industri muncul di berbagai
kota, sebagian besar masyarakat mulai menikmati dampak dari Revolusi Industri.
Penduduk semakin mudah dalam memperoleh kebutuhan dan barang industri. Para
pengusaha dan pemilik modal mendapatkan keuntungan yang berlimpah.secara
singkat
Revolusi Industri telah membawa pengaruh yang cukup
baik yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup. Namun masalah timbul ketika lahan
yang dipakai untuk industri semakin sempit dan semakin sulit untuk dapat
menghasilkan bahan baku industry sendiri. Jumlah penduduk meningkat tajam
seiring dengan semakin tingginya arus urbanisasi dari para pencari pekerjaan.
Masyarakat yang tidak memiliki
keahlian menjadi pengangguran Akibatnya tidak sedikit kejahatan yang terjadi,
kriminalitas meningkat. Selain dari itu juga banyak masalah yang dihadapi: upah
yang rendah, jaminan sosial yang buruk, jam kerja yang tidak sesuai ditambah
lagi kemudian terjadinya pencemaran lingkungan yang terus dan berkepanjangan.
Revolusi Industri menimbulkan dampak yang mendorong terjadinya
revolusi sosial yaitu gerakan masyarakat yang berkeinginan mengubah kehidupan
masyarakat kepada taraf yang lebih baik. Pemerintah Inggris menanggapi keadaan
ini dengan cara mengeluarkan undang-undang Hak Asasi Manusia seperti Reform Bill 1832,
Abolition Bill 1832, dan Factory Bill 1833. Reform Bill adalah
peraturan pemerintah yang berisi tentang hak-hak yang diperoleh pekerja dalam
parlemen.
Factory Bill berisi tentang larangan penggunaan tenaga kerja
wanita dan anak-anak. Sementara Abolition Bill berisi tentang penghapusan perbudakan. Perkembangan tersebut
telah mendorong Inggris menjadi kota dengan keadaan kota semakin lama semakin
sempit. Para pengusaha dan pemilik modal kemudian mencoba memasuki wilayah desa
dan membeli wilayah di pedesaan.
Pengambil alihan tanah di pedesaan ini menyebabkan
pengaruh sosial ekonomi. Petani banyak yang kehilangan pekerjaanya sehingga
mereka berbondong-bondong melakukan urbanisasi ke kota dengan harapan
mendapatkan pekerjaan, terbukanya lapangan kerja yang baru, mata pencaharian
yang berubah dari seorang petani menjadi peternak atau buruh, melimpahnya
barang-barang kebutuhan, dan terjadi pencemaran di kawasan industri.
Revolusi Industri di Inggris membawa perubahan
ekonomi secara mendasar yaitu peningkatan kesejahteraan hidup, terutama bagi
golongan kapitalis. Namun di balik berbagai keuntungan yang dihasilkan,
Revolusi Industri menyisakan satu permasalahan yaitu kurangnya bahan mentah
industri dan melimpahnya hasil industri.
Dari masalah di atas, para golongan pemilik modal
kemudian mencoba peruntungan dengan membuat jaringan perdagangan, selain itu
untuk mengatasi kekurangan bahan mentah, Inggris kemudian mencari kawasan dan
daerah yang dinilai memiliki potensi alam dan manusia untuk dapat dimanfaatkan
bagi kepentingan industri.
Pemikiran inilah yang nantinya akan berujung kepada
lahirnya imperialisme modern yang dimotori oleh Inggris. Ciri-ciri imperialisme
modern yaitu menguasai daerah untuk mencari bahan mentah, bahan baku, mencari tempat untuk
menanamkan modal, dan mencari tempat untuk
memasarkan hasil industri.
Tujuan ini sangat sesuai dengan kesusahan yang dialami Inggris sebagai akibat
dari Revolusi Industri.
Sejak Inggris menjadi pelopor imperialisme modern,
jajahan Inggris di Asia dan Afrika semakin luas dan banyak. Dapat dikatakan bahwa
Inggris adalah negara dengan imperialism terbesar, karena jajahanya membentang
dan terdapat di seluruh penjuru dunia. Dalam rangka mendukung keamanan daerah jajahannya
maka Inggris memperkuat armada lautnya.
Pada periode ini, Inggris merupakan negara dengan
armada lautnya yang tidak tertandingi. Negara-negara lainnya yang secara geografis
berada di Eropa banyak yang mencontoh keberhasilan Inggris, di antaranya
Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol. Negaranegara tersebut berlomba untuk
mendapatkan daerah jajahan yang potensial. Revolusi Industri telah melahirkan
banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Namun Revolusi Industri juga telah menimbulkan
munculnya sifat arogan dan serakah pada umat manusia. Tindakan bangsa yang
menjajah bangsa lainnya merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan, padahal munculnya Revolusi Industri ini berangkat dari
perkembangan dan pertumbuhan Renaissans dan humanisme yang menjunjung tinggi aspek-aspek kemanusiaan.
0 komentar:
Post a Comment