Versi materi oleh Triyono Suwito dam Wawan Darmawan
Pasca Perang Dunia I, derajat kaum buruh meningkat
karena mereka dianggap memiliki andil besar. Kerja mereka sangat dibutuhkan
dalam mencukupi kebutuhan selama perang berlangsung. Maka dari itu, golongan
buruh semakin kuat kedudukannya. Keadaan ini terjadi pula di Rusia atau Uni
Soviet yang memiliki nama negara USSR (Union of Soviet
Socialist Republics).
1. Latar Belakang Lahirnya Revolusi Rusia
Kekalahan tentara Rusia (Soviet) pada Perang Dunia
II membawa Rusia ke dalam masa suram. Setelah tahun 1918, masyarakat Rusia kekurangan
makanan dan konflik tanah merupakan hal yang sukar diatasi. Pemerintahan
dinilai terlalu lemah oleh kaum Bolsheviks. Pemerintahan pada waktu berada
dalam kekuasaan kaum Mensheviks, kelompok lain dalam gerakan sosialis Rusia. Sementara
itu, kaum Bolsheviks merupakan pecahan dari Partai Demokratik Sosialis Rusia,
yang didirikan oleh Vladimir I Lenin yang ditunjuk sebagai pemimpin partai pada
tahun 1898.
2. Peristiwa Bolsheviks 1917
Pada tahun 1903, Partai Demokratik Sosialis Rusia
pecah menjadi dua: Mensheviks dan Bolsheviks. Pada 16-17 Juli 1917, kaum Bolsheviks
mengadakan demonstrasi di bawah pimpinan Lenin melawan pemerintahan. Mereka
menuntut pemerintahan Nicholas II untuk turun dan digantikan segera oleh
pemerintahan darurat oleh Lvov. Pada tanggal 25 Oktober 1917, terjadilah
huruhara terhadap pemerintahan Alexander Kerensky.
Pada hari yang sama berlangsung pula rapat umum yang
dihadiri mayoritas kaum buruh di Petrograd (sebelumnya bernama St. Petersburg
dan kemudian menjadi Leningrad). Yang hadir pada rapat itu adalah pemimpin
Bolsheviks Lenin, Komisaris Luar Negeri Bolsheviks Trotsky, Komisaris Dalam Negeri Bolsheviks Aleksei Ivanovich Rykov, dan Komisaris Nasionalis Joseph Stalin. Program Lenin dalam revolusinya adalah penyerahan
tanah-tanah kepada petani, pembagian makanan, serta perdamaian.
Sejak 8 November 1917, setelah Revolusi Oktober
berhasil, Uni Soviet dipimpin oleh Vladimir Ilyich Ulyanov atau lebih dikenal dengan Lenin (1870-1924). Pada masa
kepemimpinannya, Lenin menjalankan roda pemerintahan dengan tangan besi. Untuk
merealisasikan idealismenya tentang kekuasaan, pada Desember 1917 Lenin
mendirikan Cheka atau Polisi Rahasia yang digunakan untuk meneror
lawan-lawan politiknya.
Lenin dengan pemerintahan
Bolsheviks-nya tidak segan-segan untuk membunuh siapa saja yang menjadi
lawannya. Lenin sendiri mengatakan bahwa kekuasasan yang ia pegang sebagai
kekuasaan berdasarkan kekuatan dan tidak dibatasi oleh hukum apapun. Pada Juli
1918, Tsar (Kaisar) Nicholas II dan
keluarganya dihukum mati oleh kaum Bolsheviks secara kejam. Kemudian pada 3
Maret 1918, Lenin menandatangani Perjanjian Brest- Litovsk.
Tak lama, terjadilah perang saudara antara “tentara
putih” yang didukung oleh anggota Kerajaan Rusia (sanak-saudara Nicholas), para
pebisnis, tentara, pegawai pemerintahan, serta kaum gereja ortodoks Rusia
melawan “tentara merah” yang didukung penuh oleh kaum komunis pimpinan Lenin.
Dalam perang ini, tentara putih dibantu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan
Jepang.
Akhirnya, perang saudara ini dimenangkan tentara
merah pimpinan Leon Trotsky. Pada saat itu juga terjadi tragedy kemanusiaan,
kelaparan yang menghebat di seluruh negeri. Lenin pun kemudian melakukan
kejutan bagi kaum komunis, yakni menginzinkan adanya perusahaan-perusahaan
milik pribadi serta toko-toko untuk melakukan bisnis kembali, guna mengatasi keadaan
ekonomi darurat. Kehidupan Lenin berakhir di ranjang tidur akibat serangan
jantung sebanyak tiga kali pada tanggal 21 Januari 1924. Lenin meninggal
sebelum propaganda komunismenya berlanjut. Sementara itu Partai Bolsheviks berubah
nama menjadi Partai Komunis Rusia.
3. Kehidupan Uni Soviet Pasca Lenin
Sepeninggal Lenin, terdapat tokoh komunis lain,
yakni Leon Trostky. Namun, akhirnya Uni Soviet diambil alih oleh
seorang kader komunis lain yang tidak disukainya, Joseph Stalin. Dalam pandangan Lenin, karakter Stalin terlalu
keras dan tidak terlalu berbakat menjadi seorang pemimpin komunis. Keberhasilan
Stalin untuk meraih tampuk kepemimpinan adalah dengan meminta dukungan dari dua
anggota Politbiro Komunis yang sangat berpengaruh, yaitu Lev Kamanev dan Grigoni Zinoviev Trostky.
Setelah itu, Partai Komunis Uni Soviet dipimpin
langsung oleh Stalin. Kedudukannya semakin hari semakin kuat yang pada ujungnya
menghantarkan Stalin menjadi seorang penguasa dictator pada 1929. Selama masa
kekuasaannya, Stalin tidak kalah kejam dari Lenin. Stalin membuat kebijakan
yang sangat kontroversial.
Seluruh petani di Uni Soviet diwajibkan untuk
bergabung ke dalam Kolkhozy, sebuah lembaga khusus petani yang didirikan oleh pemerintahan
Stalin. Lembaga Kolkhozy kemudian wajib menjual seluruh komoditasnya kepada
pemerintah dengan harga yang sangat rendah. Hasil dari strategi Stalin digunakannya
untuk membiayai industri-industri yang sedang berkembang di Uni Soviet.
Akibat dari
strategi ini, selama 1932 sampai 1933, para petani menderita kelaparan karena
miliknya digunakan untuk industri. Kelaparan ini menewaskan 5 hingga 7 juta
penduduk Uni Soviet. Petani-petani yang memberontak harus mengakhiri hidupnya
di tangan pemerintah atau menjalani kerja paksa di Semenanjung Siberia dan
dataran rendah Kaspia.
Industri Uni Soviet melaju dengan pesat akibat
sokongan para petani. Akan tetapi, perkembangan industri tersebut terhambat
langsung tatkala berlangsung Perang dunia II. Pasca PD II, industri kembali
dilanjutkan. Stalin sendiri meninggal dunia pada tahun 1953 akibat serangan
jantung.
4. Pengaruh Revolusi Bolsheviks terhadap
Perkembangan Komunisme
Peristiwa Bolsheviks di Petrograd pada selanjutnya
banyak mengilhami pergerakan kaum komunis di penjuru Asia lainnya, seperti yang
terjadi di Cina dan Indonesia. Dengan semangat buruh (di Rusia) dan petani (di
Cina), partai komunis di perbagai negara mengalami perkembangan yang relatif
cepat karena sifatnya yang agresif lagi revolusioner.
Peristiwa kudeta ala Lenin cukup mengilhami
petinggipetinggi di negara lainnya untuk melakukan kup politik berdarah. Dan
setelah kudeta politik berhasil dan para petinggi komunis tersebut naik
jabatan, maka kebijakan-kebijakan negara pun bukannya ditujukan pada kemakmuran
rakyat jelata (proletar) yang sebelumnya mereka perjuangkan.
Sebaliknya, sejarah senantiasa mencatat bahwa
pemerintahan komunis yang dicapai melalui kudeta berdarah, acap kali malah
melupakan rakyat (petani dan buruh) yang dulu mendukungnya. Para pemimpin komunis
cenderung memerhatikan partai komunis mereka ketimbang rakyat kecil
0 komentar:
Post a Comment