Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
Awal 1943, keadaan Perang Pasifik mulai berubah.
Ekspansi tentara Jepang berhasil dihentikan Sekutu dan Jepang beralih sikap
bertahan. Karena sudah kehabisan tenaga manusia, Jepang menyadari bahwa mereka
memerlukan dukungan dari penduduk masing–masing daerah yang diduduki.
Pemerintahan militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda–pemudi Indonesia
guna membantu perang melawan Sekutu.
Jepang lalu membentuk kesatuaan–kesatuaan pertahanan
sebagai tempat penggemblengan pemuda–pemuda Indonesia di bidang kemiliteran.
Pemuda yang tergabung dalam berbagai kesatuan pertahanan menjadi pemuda–pemuda
yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran. Dalam perjuangan untuk merebut
kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di kemudaian
hari, pelatihan militer ini akan sangat berguna.
a. Seinendan
(Barisan Pemuda)
Seinendan dibentuk pada 9 Maret 1943. Anggota terdiri atas
para pemuda yang berumur 14 sampai 22 tahun. Mereka dididik secara militer agar
nantinya dapat mempertahankan tanah air mereka dengan kekuatan sendiri; meski
tujuan yang sebenarnya adalah mempersiapkan para pemuda Indonesia untuk
membantu tentara Jepang dalam menghadapi Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya
(Perang Pasifik).
b. Keibodan
(Barisan Pembantu Polisi)
Anggota Keibodan terdiri
atas pemuda berusia 23 sampai 25 tahun yang dibentuk pada 29 April 1943.
Barisan ini di Sumatera disebut Bogodan, di
Kalimantan disebut Borneo Konen
Hokukudan. Mereka memperoleh pendidikan
guna dapat membantu tugas–tugas polisi Jepang. Organisasi Keibodan berada di bawah pengawan polisi Jepang secara ketat
agar anggotanya tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis.
c. Heiho
(Pembantu Prajurit Jepang)
Heiho adalah organisasi militer yang anggotanya adalah
orang– orang pribumi, dibentuk pada April 1943. Para anggotanya mendapat
pelatihan kemiliteran yang lengkap. Setelah lulus anggotanya langsung
dimasukkan ke dalam kesatuan komando tentara Jepang dan siap dikirim ke medan
pertempuran, seperti ke Malaya, Birma, dan Kepuluan Solomon.
d. Fujinkai
(Barisan Wanita)
Fujinkai dibentuk pada Agustus 1943, anggotanya adalah kaum
wanita berusia 15 tahun ke atas. Tujuannya juga untuk membantu tentara Jepang
dalam perang.
e. Jawa Hokokai (
Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa)
Perkumpulan ini dibentuk pada 1 Maret 1994 setelah
Pusat Tenaga Rakyat dibekukan. Jawa Hokokai adalah organisasi resmi pemerintah yang diawasi langsung oleh
para pejabat militer yang dipersiapkan sebagai gerakan total dalam menghadapi
serangan Sekutu. Tugas pokoknya adalah mengumpulkan dana, bahan pangan, dan
besi–besi tua untuk keperluan perang. Karena organisasi ini membuat rakyat
resah, susah, dan menderita, maka tidak mendapat dukungan rakyat.
Kegiatan Jawa Hokokai meliputi usaha-usaha dalam
hal:
(1) melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan
ikhlas untuk menyumbangkan segenap tenaga kepada Jepang;
(2) memimpin rakyat untuk menyumbangkan tenaga
berdasarkan semangat persaudaraan antarsesama bangsa;
(3) memperkokoh pembelaan terhadap tanah air;
(4) memperteguh kehidupan pada masa perang.
f. Seisyintai
(Barisan Pelopor)
Badan ini bagian dari Jawa Hokokai, dibentuk pada 25 September 1944. Tujuannya adalah
meningkatkan kesiapsiagaan rakyat, terutama para pemudanya untuk bertahan total
bila diserang Sekutu. Oleh karena Seisyintai merupakan
kekuatan inti Jawa Hokokai, maka pimpinan diserahkan kepada tokoh–tokoh
pergerakan seperti: Bung Karno, R.P. Soeroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran
Martoatmojo. Badan ini juga diberi latihan dasar kemiliteran.
g. Pembela Tanah
Air (Peta)
Pembela Tanah Air dibentuk pada 3 Oktober 1943.
Tugasnya: mempertahankan Indonesia dengan sekuat tenaga dan daya bila datangnya
serangan Sekutu. Pembentukan Peta dilakukan atas perintah Gatot Mangkupraja
kepada panglima tertinggi Jepang Letjen Kumaichi Harada pada 7 September 1943).
Untuk menjadi anggota Peta, para pemuda dididik secara militer secara khusus di
Tangerang. Latihannya sangat disiplin dan berat, sedangkan untuk menjadi
komandan Peta mereka dididik lewat Pendidikan Calon Perwira di Bogor. Dari Peta
ini muncul tokoh–tokoh militer yang militan, antara lain Jenderal Soedirman,
Jenderal Gatot Subroto, Supriyadi, Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Soeharto
(Presiden RI) dan sebagainya. Pelatihnya adalah Kapten Yanagawa.
0 komentar:
Post a Comment