Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
Kolonialisme adalah penguasaan suatu wilayah dan
rakyatnya oleh negara lain untuk tujuan-tujuan yang bersifat militer atau
ekonomi. Kolonialisme memberi keuntungan sepihak kepada negara-negara kolonial.
Sebaliknya kolonialisme membuat kesengsaraan di negarnegara yang dijadikan
koloni. Kolonialisme dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: memindahkan
sekelompok emigran dari tanah airnya ke wilayah baru untuk membentuk unit
politik baru; menancapkan kekuasaannya di negara terjajah.
Imperialisme adalah sistem politik yang bertujuan
menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan sepihak yang
lebih besar. Imperialisme dapat dicirikan dengan adanya hubungan
superior-inferior dengan keadaan yang menggambarkan wilayah dan rakyatnya
tunduk terhadap kehendak negara asing.
Dua konsep inilah yang menjadikan Indonesia sejak
sekitar awal abad ke-18 mengalami kesengsaraan, yaitu dengan dijadikannya
Indonesia sebagai negara terjajah berada di bawah kekuasaan bangsa-bangsa
Eropa. Pada awalnya, kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah untuk
berdagang, tetapi lambat laun mereka kemudian menguasai wilayah Indonesia untuk
dijarah kekayaan alamnya sebagai modal pembangunan negara mereka.
1. Masuknya Armada Dagang Portugis ke Maluku
Portugis mencapai India pada tahun 1498 dengan
melalui jalur pantai Barat Afrika dan melewati Tanjung Pengharapan yang terletak
di selatan benua Afrika. Tujuan Portugis adalah menguasai daerah-daerah
penghasil rempah-rempah, sehingga Portugis tidak segan-segan menyerang dan
menaklukkan kota-kota pelabuhan yang tidak mau tunduk.
Setelah menaklukkan dan mendirikan kantor dagang di
Goa India, Portugis melanjutkan ekspedisinya yang berhasil merebut Malaka pada
tahun 1511 dan Maluku tahun 1512. Portugis mendirikan benteng-benteng untuk
mempertahankan kekuasaan di daerah-daerah yang sudah didudukinya. Daerahdareah tersebut
kemudian dijadikan sebagai bagian kerajaan Portugis yang berada di seberang
lautan yang menandai dilaksanakannya politik imperialisme.
Pertemuan antara Portugis dengan orang Indonesia
sudah terjadi sejak Portugis menguasai Goa, India. Ketika Portugis menyerang
Malaka, keadaan di Malaka tidak siap untuk melawan serangan Portugis.
Ketidaksiapan dalam menghadapi serangan Portugis dikarena faktor kekuatan
militer dan persenjataan yang tidak seimbang.
Penguasaan terhadap Maluku terjadi ketika sedang
adanya persaingan antara kerajaan Ternate dan Tidore. Dalam hal ini Ternate
meminta bantuan kepada Portugis untuk membantu mendirikan benteng pertahanan.
Portugis memanfaatkan dengan baik situasi ini dengan memberikan bantuan kepada
Ternate dengan meminta imbalan hak monopoli rempah-rempah.
Muncul ketegangan antara Ternate dengan Portugis,
karena rakyat mendapatkan kesulitan menjual rempah-rempah akibat dari politik monopoli
perdagangan yang dijalanakan oleh Portugis, dan juga dengan adanya aktifitas
penyebaran agama Kristen di sekitar Ternate yang merupakan kerajaan Islam. Seorang
penyebar agama Kristen Katolik di Maluku yang terkenal yaitu Francis Xaverius.
Puncak dari konflik antara Ternate dengan Portugis
berakhir dengan terusirnya Portugis dari Ternate pada tahun 1575. Muncul sebagai
pahlawan yang gigih berjuang melawan Portugis adalah Sultan Baabullah
(1570–1583) bersama dengan puteranya Sultan Said. Dengan kekalahan ini,
Portugis pindah ke wilayah Tidore dan pada tahun 1578 mendirikan benteng untuk
mempertahankan kekuasannya di wilayah Maluku.
2. Pendaratan Bangsa Spanyol di Maluku
Pada tahun 1521 Spanyol berhasil mendarat di Maluku.
Dikarenakan wilayah Ternate dikuasai oleh Portugis, maka Spanyol memilih Tidore
sebagai tempat untuk berlabuh. Mereka disambut dengan baik oleh sultan Tidore
yang saat itu sedang membutuhkan bantuan untuk menghadapi Ternate yang dibantu oleh
Portugis.
Bagi Portugis, kedatangan Spanyol menimbulkan
ancaman sebagai pesaing dalam perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu,
terjadilah persaingan tidak sehat di antara keduanya yang menjurus pada
peperangan. Selain itu, antara Ternate dan Tidore pun sedang terjadi
pertentangan.
Pertempuran tidak dapat dihindarkan lagi, Spanyol
bersama dengan Tidore menyerang Portugis yang bersekutu dengan Ternate.
Pertempuran ini berakhir setelah diadakannya Perjanjian Saragosa di Spanyol
pada tahun 1592. Untuk selanjutnya, bangsa Spanyol (Ispanya) membuka
koloni-koloni mereka di Kepulauan Filipina dengan Manila sebagai pusatnya.
3. Masuknya VOC-Belanda serta Akibat yang Ditimbulkannya
Belanda mendarat di Indonesia, tepatnya di pelabuhan
Banten, pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dengan tujuan untuk mendapatkan rempah-rempah. Sebelumnya
Belanda hanya merupakan pedagang perantara yang membeli rempah- rempah di
Lisabon, Portugis untuk dijual kembali. Belanda pada masa itu masih berada di
bawah jajahan Spanyol. Pada tahun 1585 pada perang 80 tahun Portugis dikuasai oleh Spanyol, yang mengakibatan Belanda tidak
dapat membeli rempah-rempah di Portugis.
Kedatangan Belanda di Banten, pada awalnya disambut
dengan baik karena memberikan keuntungan perdagangan bagi Banten, tetapi
pedagang-pedagang Belanda mulai menunjukkan sikap-sikap yang tidak menyenangkan
seperti melakukan penekanan-penekanan agar bisa mendapatkan rempah-rempah dalam
jumlah yang lebih besar, sikap yang tidak sopan terhadap pedagang pribumi.
Selain itu, Belanda juga terlibat persaingan dengan Portugis, berebut pengaruh
terhadap raja Banten.
Portugis berhasil mendekati raja Banten, dan
berhasil merusakkan hubungan Banten dengan Belanda. Maka terjadilah perang
antara Belanda dengan Banten dan Portugis. Belanda berhasil di usir dari
Banten, kemudian berlayar ke Madura, dan di Madura Belanda kembali di usir
karena sikapnya yang tidak menghormati penduduk pribumi. Akhirnya dengan sisa kekuatan
yang ada Belanda kembali ke negaranya dengan membawa sedikit rempah-rempah.
Rombongan Belanda yang kedua tiba di Banten pada
tahun 1598 di bawah pimpinan Jacob van Neck. Pada saat itu hubungan antara Banten dengan Portugis sedang
mengalami keretakan, dan belajar dari pengalaman pendahulunya, van Neck besikap
hatihati dalam melakukan hubungan dengan para pembesar Banten sehingga Belanda
diterima dengan baik dan berhasil mengirim pulang tiga kapalnya ke Belanda
dengan muatan penuh rempahrempah.
Belanda pada tahun 1599 meneruskan pelayarannya
hingga ke Maluku. Penduduk Maluku menerima dengan baik kedatangan Belanda,
selain karena menunjukkan sikap yang baik, juga dianggap sebagai musuh dari
orang-orang Portugis yang tidak disukai oleh penduduk Maluku. Pada tahun 1600
armada Belanda kembali ke negerinya dengan membawa rempah-rempah yang banyak.
Keberhasilan inilah yang menjadikan kongsi-kongsi dagang
di Belanda berbondong-bondong datang ke Indonesia. Akibatnya adalah Indonesia
dipenuhi oleh para pedagang dari Belanda. Di antara kongsi dagang Belanda
sendiri terjadi persaingan, selain itu persaingan juga terjadi dengan Inggris, Spanyol
dan Portugis. Akibatnya mereka tidak mendapatkan keuntungan bahkan merugi.
0 komentar:
Post a Comment