Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
PNI didirikan di Bandung pada 4 Juli 1924 oleh kaum
terpelajar yang dipimpin oleh Ir. Soekarno.
Kaum muda terpelajar itu tergabung dalam Algemene Studieclub (Bandung) dan kebanyakan dari mereka adalah mantan anggota
Perhimpunan Indonesia yang telah kembali ke tanah air. Keradikalan PNI sudah
tampak sejak pertama didirikannya. Ini terlihat dari strategi perjuangannya
yang berhaluan nonkooperasi. PNI tidak mau ikut dalam dewan-dewan yang diadakan
oleh pemerintah.
Tujuan PNI adalah kemerdekaan Indonesia dan tujuan
itu akan dicapai dengan asas “percaya pada diri sendiri”. Artinya: memperbaiki
keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang sudah dirusak oleh
penjajahan, dengan kekuatan sendiri. Semua itu akan dicapai melalui berbagai
usaha, antara lain:
(1) usaha politik,
yaitu dengan cara memperkuat rasa kebangsaan persatuan
dan kesatuan. Memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama
dengan bangsa-bangsa Asia dan menumpas segala perintang kemerdekaan dan kehidupan
politik. Dalam bidang politik, PNI berhasil menghimpun organisasi-organisasi
pergerakan lainnya ke dalam satu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan- Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia;
(2) usaha ekonomi,
yaitu dengan memajukan perdagangan rakyaat,
kerajinan atau industri kecil, bank-bank, sekolahsekolah, dan terutama
koperasi;
(3) usaha sosial,
yaitu dengan memajukan pengajaran yang bersifat
nasional, emngurangi pengangguran, mengangkat derajat kaum wanita, meningkatkan
transmigrasi dan memperbaiki kesehatan rakyat.
Gerakan PNI dipimpin oleh tokoh-tokoh berbobot,
seperti Ir. Soekarno, Mr. Ali Sastroamijoyo, Mr. Sartono, yang berpengaruh luas
di berbagai daerah di Indoenesia. Ir. Soekarno dengan keahliannya berpidato,
berhasil menggerakkan rakyat sesuai dengan tujuan PNI. Pengaruh PNI juga sangat
terasa pada organisasi-organisasi pemuda hingga melahirkan Sumpah Pemuda dan organisasi wanita yang melahirkan Kongres Perempuan
di Yogyakarta pada 22 Desember 1928.
Melihat gerakan dan pengaruh PNI yang semakin
meluas, pemerintah kolonial menjadi cemas, maka dilontarkanlah bermacam-macam
isu untuk menjelekkan PNI. Bahkan kemudian mengancam PNI agar menghentikan
kegiatannya. Rupanya Belanda belum puas dengan tindakannya itu, maka PNI pun dituduh
akan melakukan pemberontakan. Pemerintah Belanda melakukan penggeledahan dan
penangkapan terhadap tokohtokoh PNI di seluruh wilayah Indonesia pada 24
Desember 1929.
Akhirnya 4 tokoh teras PNI yaitu: Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkoepradja, Markoen Soemadiredja, dan Soepiadinata diadili di Pengadilan Negeri Bandung dan dijatuhi
hukuman penjara pada 20 Desember 1930. Peristiwa ini merupakan pukulan besar
bagi PNI dan atas inisiatif Mr. Sartono pada
Kongres Luar Biasa ke-2 (25 April 1931) PNI dibubarkan.
Kemudian Sartono mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Tetapi
tindakan ini membawa perpecahan yang mendalam. Ketergantungan pada seorang
pemimpin, dikritik habis oleh mereka yang menentang perubahan PNI. Mereka menyebut
dirinya “Gerakan Merdeka”, kemudian membentuk partai baru, yaitu Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru.
Dari sini muncul tokoh baru yaitu Sutan Syahrir (20 tahun) yang waktu itu masih menjadi mahasiswa di
Amsterdam. Ia pulang ke Indonesia atas permintaan Moh. Hatta untuk menjadi
ketua partai. Walaupun citacita dan haluan kedua partai itu sama, yaitu
kemerdekaan dan nonkooperasi, tetapi strategi perjuangannya berbeda. PNI Baru
lebih menekankan pentingnya pendidikan kader.
0 komentar:
Post a Comment