Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
Ternate dan Tidore
Di pulau Maluku terdapat empat kerajaan besar, yaitu
Jailolo, Bacan, Ternate, dan Tidore. Ternate dan Tidore merupakan kerajaan
besar yang menguasai persaingan perdagangan dibandingkan dengan lainnya. Dalam
persaingannya Ternate membentuk Uli Lima (Persekutuan
Lima) yang terdiri dari Bacan, Obi, Seram dan Ambon, sedangkan Tidore membentuk
Uli Siwa (Persekutuan Sembilan) yang terdiri dari Jailolo,
Makian, dan pulau-pulau kecil di Maluku sampai Irian.
Pada 1486, raja Ternate ke-19, Sultan Zainal Abidin (1486- 1500) memeluk Islam setelah belajar di
pesanten Giri di Gresik, dekat Surabaya. Setelah Sultan Zainal Abidin mangkat
pada 1500, tahta Ternate dikuasai Sultan Tabariji. Sultan Tabariji bergelah Sultan Sirullah. Pada 1512, pasukan dagang Portugis tiba di Kepulauan Maluku.
Pada tahun 1522 Ternate bersekutu dengan Portugis.
Sultan memberi Portugis hak mendirikan benteng dan memonopoli perdagangan
cengkeh. Untuk menyeimbangan persekutuan Ternate-Portugis, Ternate bekerja sama
dengan Spanyol pada tahun 1524. Kemudian pada tahun 1529, Ternate berhasil mengalahkan
Tidore dengan bantuan tentara Portugis.
Yang kemudian naik tahta pada tahun 1540 adalah Sultan Khairun. Semasa pemerintahannya Islam menyebar hingga ke Ambon.
Awalnya Sultan melakukan hubungan persahabatan dengan Portugis. Penandatanganan
persahabatan pun dilaksanakan pada 1565.
Namun kemudian, sikap kasar gubernur Portugis yang bernama
Tritoa de Altaida, membuat Sultan Khairun memutuskan untuk menyerang
Portugis. Benteng Portugis di Ternate berhasil diduduki untuk sementara,
sebelum akhirnya dapat direbut kembali oleh Portugis setelah bala bantuan dari pasukan
cadangan Portugis dari Malaka.
Perlawanan Sultan Khairun dapat dipadamkan oleh
Portugis pada 1570. Mereka menipu Sultan Khairun agar datang ke benteng
Portugis. Sultan yang tidak menaruh curiga datang pada tanggal 28 Februari dan
di sanalah ia ditikam oleh pengawal gubernur Portugis hingga wafat.
Sultan Khairun digantikan Sultan Baabullah dan ia melanjutkan perjuangan Khairun. Pada 1575
benteng Portugis di Ternate dapat direbut oleh pasukan Baabullah. Dua tahun kemudian
Portugis bahkan benar-benar terusir dari Maluku. Kejayaan Ternate tercapai
ketika pemerintahan Baabullah. Sekitar 80 pulau berhasil dikuasai Ternate.
Namun, kemerdekaan Maluku tidak berlangsung lama.
Sejak 1605, VOC menduduki Ambon dan dari tempat inilah VOC menanamkan
pengaruhnya di seluruh Maluku. Pada 1660, Ternate akhirnya ditaklukkan
benar-benar oleh VOC.
Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Ternate-Tidore
a. Kehidupan
Sosial
Agama Islam masuk di bandar Hitu, Ambon. Banyak
pemudapemuda Maluku yang belajar agama Islam di Gresik, salah satunya adalah Zainal Abidin yang menjadi raja Ternate. Diceritakan dalam sejarah
bahwa Sunan Giri pernah berkunjung ke Ternate dan Tidore untuk mengunjungi
murid-muridnya. Sejak kedatangan Portugis yang membawa misi gospel, Franciscus Xaverius menyebarkan agama Katolik di Maluku terutama di
Ternate dan Ambon.
Masuknya Belanda ke Maluku menjadikan Maluku menjadi
wilayah yang terjajah. Pada awalnya mereka diterima dengan tujuan mengusir
Portugal dari Maluku, namun hal itu berubah setelah Belanda terlalu banyak
turut campur dalam pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat. Orang Maluku yang
semula beragama Kristen Katolik harus diganti menjadi Kristen Protestan.
b. Kehidupan
Ekonomi
Ternate dan Tidore merupakan kerajaan yang berada di
wilayah bagian timur Nusantara dan kedua kerajaan ini merupakan penghasil
rempah-rempah terbanyak di dunia. Oleh karena itu, bila menggunakan Selat
Malaka sebagai jalur perdagangan Ternate dan Tidore seakan-akan seperti pangkal
perdagangan yang berakhir di tempat tujuan yang siap membeli.
Eropa merupakan konsumen rempah-rempah terbanyak, cuaca
yang dingin mengharuskan mereka mencari sumber rempah-rempah berada. Selain
untuk tujuan mencari kebutuhan, bangsa Eropa juga ingin menguasai perdagangan
karena harganya akan jauh lebih murah bila langsung dibeli di tempat asalnya.
0 komentar:
Post a Comment