Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
Goa dan Tallo (Makassar)
Di Sulawesi Selatan, pada awal abad 16 sudah berdiri
kerajaankerajaan diantaranya Luwu, Goa, Wajo, Soppeng, Tallo dan Bone. Namun
kerajaan yang memiliki perkembangan yang pesat adalah Goa dan Tallo, kelak
kerajaan ini disebut sebagai kerajaan Makassar dengan ibukota Makassar.
Goa dan Tallo merupakan kerajaan kembar, pada tahun
1603 Goa menjadi kerajaan Islam Daeng Manrabia masuk Islam dan bergelar Alauddin,
Tallo menjadi kerajaan Islam saat Kraeng Matoaya masuk Islam dan bergelar Sultan Abdullah. Wilayahnya meliputi sebagian besar Sulawesi dan bagian timur
Nusa Tenggara. Alaudin sangat menentang politik dagang Belanda yang monopoli,
karena kebenciannya itu dan membantu rakyat setempat menentang Belanda,
berulang kali melakukan penyerbuan ke Maluku.
Setelah Alaudin meninggal, tahta diserahkan kepada Hasanuddin (1654-1660). Usaha ayahnya menentang Belanda dilanjutkannya,
bahkan kegigihannya sangat merepotkan. Oleh karena itu Hasanuddin dikenal
dengan “Ayam Jantan dari
Timur”. Perlawanan Hasanuddin
berakhir dengan perjanjian damai dan ia harus turun tahta. Ia digantikan oleh
anaknya, Mapasomba. Belanda berharap Mapasomba dapat bekerja sama,
namun sebaliknya, ia meneruskan perjuangan ayahnya.
Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin
oleh Aru Palakka (Arung Palakka) menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Tahun 1666
Belanda berusaha mati-matian menduduki Makassar melalui pertempuran sengit di
darat dan di laut. Hingga akhirnya tahun 1667, Belanda dapat menghancurkan
Makassar dan memaksa dilakukan Perjanjian Bongaya, yang isinya:
(a) Pengakuan hak monopoli Belanda.
(b) Belanda dapat mendirikan benteng-benteng
pertahanan di Makassar.
(c) Makassar melepaskan daerah-daerah kekuasaan.
(d) Aru Palakka diakui sebagai Raja
Bone.
Rakyat Makassar marah atas keputusan Perjanjian
Bongaya. Perlawanan rakyat Makassar kian berkobar dan berlangsung hampir dua
tahun. Banyak pejuang Makassar pergi ke daerahdaerah lain, seperti Banten,
Madura, dan sebagainya guna membantu daerah-daerah bersangkutan dalam upaya
mengusir VOC. Pejuang tersebut di antaranya Karaeng Galesung, Monte Marano yang membantu perjuangan rakyat di Jawa Timur.
Sementara itu Aru Palaka semakin leluasa untuk
menguasai daerah Soppeng dengan pengawasan dan pantauan dari VOC. Setelah
perjuangan rakyat Makassar benar-benar padam, Makassar pun jatuh ke tangan VOC
secara keseluruhan. Sebutan Makasar sebagai pusat perdagangan bebas, lenyap
begitu saja.
Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat
Goa-Tallo (Makassar)
a. Kehidupan
Sosial
Orang Makassar dikenal sebagai pelaut ulung,
transportasi yang digunakan adlah perahu Pinisi. Mereka berani menyeberang lautan
menuju negara-negara yang sangat jauh bahkan sampai Madagaskar dan Afrika
Selatan. Masuknya agama Islam dan maraknya perdagangan di Nusantara menambah
kuatnya usaha dagang yang dijalankan oleh orang Makassar. Tidaklah heran, jika saat
ini orang Makassar terkenal dalam bisnis.
b. Kehidupan
Ekonomi
Setelah dikuasainya Makassar oleh Belanda, banyak
rakyat setempat yang melarikan diri ke Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Mereka
melakukan dagang dengan orang Makassar yang tetap tinggal. Hak monopoli dagang
oleh Belanda tidak mempengaruhi sifat usaha dagang mereka yang tinggi, bahkan
nilai-nilai Islam tetap dipertahankan. Berbeda dengan kerajaan Mataram yang melakukan
percampuran nilai Islam dengan budaya Hindu. Hubungan dagang pun diperluas
hingga Turki dan India, dan untuk mempererat diplomatik dengan Jawa, terjadi perkawinan
antara raja Goa dengan putri Mataram.
0 komentar:
Post a Comment