Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
a. Debus
Kesenian ini sebetulnya telah ada sebelum Islam
lahir. Tarian debus berkembang di daerah yang nuansa Islamnya cukup kental,
seperti Banten, Minangkabau, dan Aceh. Pertunjukan debus ini diawali dahulu
oleh nyanyian atau pembacaan ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an serta salam
(salawat) kepada Nabi Muhammad. Pada puncak acara, para pemain debus
menusuk-nusukkan benda tajam ke hampir seluruh badannya, namun tetap kebal
sehingga benda tajam tidak mempan menusuk atau mengiris tubuhnya.
b. Seudati
Tari seudati berkembang di Aceh, derah di Indonesia
yang pertama dipengaruhi budaya Islam. Kata “seudati” berasal dari kata syaidati,
yang artrinya permainan orang-orang besar. Tarian seudati sering disebut saman (yang berarti delapan) karena permainan ini
mula-mula dilakukan oleh delapan pemain. Dalam tari seudati, para penari
menyanyikan lagu tertentu yang isinya berupa salawat terhadap Nabi.
c. Zapin
Selain tari seudati dan debus, ada sebuah jenis
tarian yang hamper ada di seluruh Nusantara, terutama daerah yang pengaruh
unsure Islam sangat kuat, di antaranya tari zapin yang dipraktikkan di Deli,
Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Di Pulau Jawa, tarian
zapin ini dilakukan oleh masyarakat Jakarta, Pekalongan, Tuban, Gresik, Bondowoso,
Yogyakarta, Madura, Nusa Tenggara. Di samping Sumatera dan Jawa, daerah
Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Seram, dan beberapa daerah di Maluku. Setiap
daerah tersebut mengembangkan tarian zapin ini menurut tradisinya
masing-masing.
Kata zapin sendiri ditafsir berasal dari kata Arab, zafin yang berarti melangkah atau langkah. Bisa pula dari
kata zaf (alat petik berdawai 12 pengiring tarian) atau dari
al-zafn (mengambil langkah atau mengangkat satu kaki). Tari ini dibawa oleh
pedagang Arab, Persia, dan India pada abad ke-13.
0 komentar:
Post a Comment